Apa Itu Intermittent Fasting

Apa Itu Intermittent Fasting

Apa Itu Intermittent Fasting

Apa Itu Intermittent Fasting  Puasa bukan cuma soal ibadah atau menahan lapar demi pahala. Sekarang, ada yang namanya intermittent fasting (IF) – puasa gaya modern yang katanya bisa bikin sehat, langsing, dan (katanya lagi) bikin glowing. Tapi bener nggak sih? Yuk, kita kulik bareng-bareng—dijamin informatif dan bikin senyum-senyum sendiri.

Intermittent Fasting Itu Apa Sih? Jangan-Jangan Cuma Ngetren Doang?

Jadi, intermittent fasting adalah sebuah metode makan yang mengatur  degan pola yang sudah di tentukan, bukan apa yang kamu makan. Intinya, kamu bakal puasa selama beberapa jam (biasanya antara 14–16 jam) dan punya waktu makan terbatas, misalnya 8 jam.

Contoh paling populer? Pola 16:8. Kamu puasa 16 jam (termasuk waktu tidur, tenang aja kamu nggak perlu bangun jam 2 pagi buat makan kok), dan makan cuma di jendela waktu 8 jam. Misalnya di mulai makan jam 12 siang dan berhenti makan jam 8 malam.

Jangan khawatir, kamu masih bisa ngopi pahit atau minum air putih selama puasa. Tapi begitu kamu ngunyah gorengan, ya wassalam… puasanya batal, kakak.

Manfaat Intermittent  Turunin Berat Badan

Emang sih, banyak orang nyobain IF karena pengin langsing kayak selebgram, tapi ternyata manfaatnya bukan itu doang:

  • Bantu turunin berat badan: Kalori masuk lebih sedikit karena waktu makannya terbatas. Otomatis lebih sulit nyemil tengah malam, kecuali kamu mimpiin martabak.

  • Tingkatkan kesehatan metabolik: IF bisa bantu nurunin gula darah, insulin, dan risiko diabetes tipe 2.

  • Meningkatkan fokus dan energi: Aneh ya? Tapi banyak yang bilang mereka malah lebih fokus saat puasa. Mungkin karena perut nggak sibuk mencerna nasi padang.

  • Autophagy aktif: Ini semacam “pembersihan sel” di tubuh. Jadi kayak sistem bersih-bersih internal tubuhmu. Serasa detoks, tapi dari dalam sel.

 Jangan Nekat Langsung 24 Jam!

Kalau kamu baru mulai, jangan langsung gaya gayaan sok kuat dan puasa 24 jam. Kamu bukan robot. Mulai pelan-pelan aja:

  • Coba pola 12:12 dulu. Misalnya makan dari jam 7 pagi sampai 7 malam.

  • Kalau udah nyaman, naik ke 14:10, lalu 16:8.

  • Hindari makan junk food pas buka puasa. Niatnya sehat, tapi kalau bukanya pakai burger triple keju, ya sama aja bohong.

Tips penting: dengerin tubuhmu sendiri. Kalau kamu merasa lemas, pusing, atau tiba-tiba halu ngobrol sama tembok, ya stop dulu.

 Siapa yang Cocok dan Siapa yang Sebaiknya Nggak?

Meski IF populer banget, nggak semua orang cocok lho. IF bukan kunci hidup sehat universal. Beberapa orang yang sebaiknya hati-hati atau hindari dulu IF:

  • Ibu hamil dan menyusui (nggak lucu kalau bayinya jadi ikut diet).

  • Orang dengan riwayat gangguan makan (bisa memicu relapse).

  • Anak-anak dan remaja yang masih dalam fase masa pertumbuhan.

  • Orang yang kalau kelaparan suka jadi nyebelin—eh, ini subjektif sih.

Kalau kamu ragu, mending konsultasi ke dokter atau ahli gizi dulu sebelum mulai, biar nggak nyesel kayak waktu beli alat fitness yang akhirnya jadi gantungan baju.

Penutup: Jadi, Intermittent Fasting Itu Worth It?

Jawabannya: tergantung kamu. IF bisa jadi alat bantu hidup sehat yang efektif kalau dilakukan dengan benar. Tapi jangan jadikan ini ajang siksaan. Niat sehat jangan sampai bikin kamu jadi zombie kelaparan yang ngamuk liat nasi uduk.

Makan tetap penting, gaya hidup seimbang itu kuncinya. IF bukan sulap, tapi bisa jadi senjata ampuh kalau kamu paham cara mainnya.

Baca juga : Katarak pada Lansia: Tips Menjaga Mata Tetap Sehat dan Tajam